Pengalaman Berkomunikasi dengan Orang Baru

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya perlu bersosialisasi dengan orang lain. Tanpa bantuan orang lain, manusia kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam menjalani hidupnya. Salah satu unsur dalam sosialisasi adalah komunikasi. Komunikasi yang dilakukan bisa melalui komunikasi secara lisan, tulisan, ataupun dengan kode. Hal tersebut tergantung dengan keadaan seseorang yang memulai pembicaraan dan yang akan diajak dalam pembicaraan, sebab setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengajak orang lain dalam berkomunikasi.

Komunikasi dengan orang lain akan terjadi kapan saja dan dimana saja. Setiap komunikasi yang terjadi memiliki tujuan yang tergantung dari orang pertama yang memulai komunikasi tersebut. Contohnya ketika saya bepergian ke suatu daerah dan ternyata lupa atau tidak mengetahui secara pasti jalan untuk sampai di tempat tujuan. Hal yang dilakukan untuk mengetahui jalan yang benar adalah bertanya kepada warga sekitar atau orang yang ditemui di sepanjang jalan tersebut. Pertama saya melakukan pendekatan dengan mengucapkan kata-kata sopan kepada orang yang pertama kali ditemui seperti ‘permisi’ atau ‘nuwun sewu’ jika berada di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Setelah itu mengutarakan maksud/tujuan dalam hal ini jalan yang harus diambil untuk jalan yang dituju. Perlu diketahui ketika berkomunikasi dengan orang yang baru ditemui, apakah orang tersebut akan mengerti bahasa kita atau mengerti maksud pembicaraan kita. Artinya jika sudah bertanya dan tidak ada jawaban atau orang yang dimintai tolong tidak memahami apa yang diutarakan, maka perlu mencari cara lain agar orang tersebut paham dengan maksud kita. Misalnya saya menggunakan bahasa jawa ketika bertanya pada orang jawa yang sudah lanjut usia (simbah). Ketika sudah mendapatkan jawaban, saya akan mengucapkan ‘terima kasih’ agar orang yang sudah dimintai bantuan merasa dihargai dan senang karena sudah membantu. Namun, jika jawaban yang diberikan kurang memuaskan, saya meminta orang tersebut untuk mengulangi jawaban dengan nada yang lebih lambat.
Membangun sebuah komunikasi dengan orang yang baru saja dikenal, perlu dilakukan secara hati-hati karena mungkin kita tidak memiliki referensi tentang karakter orang tersebut, kecuali kita telah sedikit tahu mengetahui dari orang lain. Ada orang yang bisa diajak basa-basi, pun ada orang yang maunya to the point (langsung ke intinya). Misalnya ketika wawancara untuk sebuah tugas mata kuliah. Setiap individu yang akan diwawancarai memiliki cara masing-masing untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Hal ini akan mempengaruhi keberlanjutan topik pembicaraan. Sebagai contoh ketika saya wawancara kepada seorang manajer di gedung kantor. Dalam sebuah wawancara, hal yang disampaikan pertama adalah memperkenalkan identitas kepada orang yang akan diwawancarai. Sebelumnya saya harus menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri saya bahwa semua jawaban akan saya peroleh dari semua pertanyaan. Selain itu, saya memberikan motivasi kepada diri saya untuk tidak menganggap wawancara nantinya akan berlangsung secara serius. Setelah itu, masuk ke sesi tanya-jawab. Tanya-jawab yang terjadi dalam wawancara tersebut berlangsung dengan santai. Sesi tanya-jawab diselingi dengan candaan namun tetap dalam koridor yang sesuai dengan apa yang dibicarakan.  ini disebabkan karakter orang yang saya wawancarai termasuk orang yang bisa diajak basa-basi. Bahkan kehadiran saya disambut dengan wajah yang ramah. Dalam wawancara tersebut, saya memperoleh banyak informasi lebih dari apa yang saya harapkan. Saya  juga mendapatkan hal yang menurut saya sulit untuk didapatkan, seperti meminta dokumen pribadi sebuah perusahaan. Dokumen tersebut akan mudah didapatkan jika saya sudah memiliki kepercayaan dari orang yang diwawancarai tersebut (manager). Oleh sebab itu, saat berkomunikasi dengan orang lain untuk pertama kali perlu membangun sebuah kepercayaan dengan mengatakan hal-hal yang sopan dan tidak melakukan hal-hal yang membuat orang lain cuek atau tidak menerima kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISO 14000 dan Perannya dalam Standardisasi Pengelolaan Pertanian yang Ramah Lingkungan